Masalah yang paling hangat
dinegara kita tercinta ini per Desember 2015 ini yaitu “Papa Minta Saham”.
Sesuai dengan pernyataan banyak kalangan adalah adanya Pemburu Rente. Apa itu
pemburu rente? Pemburu Rente adalah Kaum
kapitalis yang mencoba menjalin hubungan dengan birokrasi dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan bisnis dapat disebut sebagai pemburu rente (rent-seeker). Pada dasarnya pemburu rente adalah
mencari dan mendapatkan peluang untuk menjadi penerima rente yang
diberikan oleh birokrasi dengan cara menyerahkan sumber dayanya, menawarkan
proteksi atau memberikan wewenang tertentu yang diaturnya. Dalam pengertian
ini, rente didefinisikan sebagai selisih antara nilai pasar dari suatu
“kebaikan hati” dari birokrasi dengan jumlah yang dibayar oleh penerima rente
kepada birokrasi atau pemerintah dan atau secara pribadi kepada penolongnya di
kelompok birokrasi. Apabila tidak membayar sama sekali, seluruh nilai pasar
adalah rente atau lebih tepatnya disebut rente ekonomi.
Lalu apa bedanya dengan kata
Broker atau Agent. Membaca kata broker, apa persepsi yang muncul dipikiran kita?
Persepsi kita bisa berarti orang yang suka minta komisi, ada unsur percaloan,
atau malah perspektif yang negatif seperti masalah menjandi panjang. Broker
sendiri berarti pedagang perantara. Mungkin takala zaman belum seperti
sekarang, seorang produsen yang menciptakan suatu produk disebabkan memiliki
keterbatasaan waktu dan tenaga untuk menjual dan memasarkan produknya, kemudian
menggunakan jasa broker dengan imbalam komisi bagi yang mampu membawa pembeli.
Broker bertindak sebagai pedagang
perantara, berfungsi mempertemukan penjual dan pembeli sehingga mempercepat dan
membantu kelancaran proses negoisiasi. Hasil akhir adalah memperoleh komisi
dari jasa layanan mereka. Broker menjual informasi tentang apa yang dibutuhkan
pembeli, dan mencari pemasok-pemasok mana yang menyediakan barang kebutuhan
tersebut.
Dunia per-broker-an tidak bisa
lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dalam hal percintaan terkadang muncul
juga broker yang kita kenal dengan istilah mak comblang, Agent atau makelar.
Tugasnya sebagai katalisator, dalam ilmu kimia, katalisator diperlukan bila
ingin melarutkan dua zat yang sulit menyatu tapi dengan adanya katalisator maka
zat tersebut akhirnya dapat menyatu.
Dibidang property, seorang broker
memiliki peran untuk menegosiasikan penjualan property antara penjual dan
pembeli dengan imbalan komisi tertentu. Sebagai broker professional mereka
harus bertindak bagi kepentingan penjual dan pembeli dan buka untuk dirinya
sendiri, selain itu juga harus bisa menjadi problem solver, mencari solusi bila
ada ketidak sesuaian antara penjual dan pembeli dengan pendekatan win-win
solution. Sepertinya tugasnya mudah, cukup menghubungkan antara pemilik
property dan calon buyer, tapi ternyata tidaklah demikian.!.
Kesuksesan pejualan property itu hampir 90% terlaksana dengan adanya Agent Property. Jasa mereka sangat dibutuhkan oleh penjual atau pembeli, tetapi pada kenyataannya masih banyak yang menganggap rendah untuk propesi ini. Untuk itu kepada penjual (vendor) atau pembeli yang mau mencari rumah, apartemen, gudang atau tanah, hubungilah mereka.
Kesuksesan pejualan property itu hampir 90% terlaksana dengan adanya Agent Property. Jasa mereka sangat dibutuhkan oleh penjual atau pembeli, tetapi pada kenyataannya masih banyak yang menganggap rendah untuk propesi ini. Untuk itu kepada penjual (vendor) atau pembeli yang mau mencari rumah, apartemen, gudang atau tanah, hubungilah mereka.
Usaha bisnis broker property
sebenarnya tidak perlu banyak modal. Kecuali kita membeli waralaba atau
franchise seperti ERA, Century 21, RayWhite, Coldwell Banker, dan lain
sebagainya. Itu bisa kisaran 150 juta sampai 350 juta. Belum lagi kita harus
menyiapkan budget untuk mencari ruang usaha sebagai kantor, 1 orang yang
bertindak sebagai member broker atau managing director, 2 orang pegawai
administrasi, 1 orang driver. Gaji mereka disesuaikan dengan UMR setempat, terus
ada biaya overhead, seperti listrik, biaya telepon (line telepon minimal dua
line). Kantor tidak perlu membayar marketing, karena mereka sifatnya menerima
komisi saja.
Secara sederhana untuk usaha
broker property bila TANPA system waralaba bisa dimulai dengan tim kecil saja.
Modal utamanya tentu informasi, yakni mencari informasi property yang akan
dijual atau mencarikan property bila kita mendapatkan seorang calon pembeli
yang serius dan kemudian mengajaknya bertemu untuk deal harga. Bagi hasil umum yang berlaku ada
komisi berkisar 1 sampai 5%. Developer yakni yang membangun property biasanya
berbentuk perumahan umumnya memberikan komisi antara 1-2% bagi broker
tradisonal (BT) bila kita membawa buyer dan buyer tersebut membeli rumah
developer itu.
Prospek mencari listing
(maksudnya mencari pemilik yang sedang/ingin menjual atau menyewa property dan
mempercayakan kita untuk memasarkannya), bisa kita dapatkan melalui kawan,
kerabat, iklan baris disurat kabar, atau lagi jalan-jalan dan menemukan tanda
didepan rumah pemilik. Semuanya itu bisa kita prospek agar bersedia diajak
kerja sama dengan kita. Bila kita mendapatkan pembeli kita tawarkan mau tidak
sang pemilik memberi komisi kepada kita, atau bekerja sama untuk deal harga,
atau sistemnya jual harga dengan cara pemilik mententukan harga terserah kita
mau menjual dengan harga berapa. Selisihnya itu menjadi milik kita.
Kegiatan untuk mencari pembeli
bisa dilakukan dengan meng-iklan-kan property sang pemilik tadi, memang
akhirnya kita harus mengeluarkan biaya. Dengan beriklan dari situ lah kita
merespon calon pembeli yang betul-betul serius mau membeli rumah tersebut.
Nah bila ada respon iklan dari
seorang yang bertanya tentang property yang kita iklan kan tadi, calon pembeli
itu bisa kita approach dan follow-up agar mau mempercayai kita untuk berkeja
sama mencari property sesuai kriteria mereka. Mungkin dengan bertemu langsung,
dan berkenalan, sebagai seorang broker yang serius dan profesional tentu kita
akan berusaha mencarikan tipe property sesuai dengan kebutuhan pembeli
tersebut, dan bersama-sama meninjau lokasi.
Logikanya dengan mengiklankan
property dari prospek listing tadi, kita mendapat respon dari yang membaca
iklan kemudian bisa menyaringnya menjadi calon buyer, kemudian kita pun
memiliki tugas baru lagi yakni mencari property yang diinginkan pembeli dengan
cara melihat iklan di surat kabar, jaringan atau kawan sesama broker, atau
dengan cara canvassing (kegiatan untuk mendapatkan prospek dengan berjalan-jalan
disekitar lokasi tertentu).
Ada keahlian lagi yang diperlukan
bagi seorang broker yakni kemampuan sosial atau human skill, interpersonal
skill, komunikasi yang jelas dan baik, mampu membangun kepercayaan (trust)
terhadap klien. Job broker ini berhubungan dengan orang-orang maka people skill
sangat diperlukan, tidak ada salahnya memulai membaca buku tentang relationship
dan personality. Selain itu memiliki kemampuan penjualan (selling skill) iyang
harus terus menerus kita kembangkan. Kreatifitas kita dalam memasarkan dan
menjual unit property suatu hal yang mutlak.
Satu hal lagi yakni sedikit punya
pengetahuan dibidang legal dan hukum, yaitu membuat suatu perjanjian kerja
sama, agar aman setiap perjanjian kerja sama sebaiknya dilakukan secara
tertulis untuk menghindari pemilik yang tidak mau membayar komisi. Kita pun
harus familiar dengan surat-surat seperti akta tanah, sertifikat tanah, jangan
sampai misalnya kita menemukan masalah menjual tanah yang sedang bersengketa,
adanya teman dibidang tersebut membantu kita dalam mencari solusi-solusi.
Misalnya pada notaris, pejabat pembuat akta tanah ataupun didepatemen
pertanahan.
Pengetahuan tentang arah
perkembangan suatu daerah yang lazim disebut perencanaan tata kota harus
dimengerti. Daerah mana yang akan berkembang sebagai daerah bisnis, dimana
daerah yang prioritas pemukiman, daerah mana yang akan berkembang misalnya saja
akan dibangun suatu pusat pendidikan haruslah kita ketahui. Naik turunnya nilai
property sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebutkan tadi.
Bisnis perantara property harus
sabar, terkadang menghadapi calon pembeli, mereka biasanya tanya macam-macam.
Protes sana sini kondisi rumah tersebut. Mengoceh tentang property yang
dibutuhkan. Itupun sudah capek temanin keliling seharian liat beberapa listing
(property) namun akhirnya bila di tanyakan tidak sesuia kriteria, tidak jadi
beli, atau tidak minat sama sekali. Ditelpon kembali tidak diangkat-angkat,
alias dicuekin. Nasib jadi Agent Property. Harus Sabar.
Semoga Dapat dipahami. Selamat beraktifitas.
No comments:
Post a Comment