Kondisi perekonomian yang lesu berdampak pada bisnis sewa menyewa perkantoran. Banyak perusahaan memindahkan kantor mencari kantor dengan harga sewa yang lebih murah. Di sisi lain, perkembangan perusahaan e-dagang memunculkan potensi baru. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan elektronik atau e-dagang membutuhkan semakin banyak ruang kantor.
Pasar perkantoran di Indonesia, terutama Jakarta, tumbuh pesat mulai 2008, karena peningkatan investasi asing ke Indonesia. Pertumbuhan itu mencapai puncaknya 2012 dengan permintaan tertinggi sewa perkantoran mencapai 230.000 M2 (meter persegi). Harga sewa saat itu naik lebih dari 50 persen karena permintaan yang tinggi.
"Sebaliknya, saat ini banyak relokasi penyewa perkantoran dengan tingkat okupansi turun dari 90 persen menjadi 88 persen. Penurunan ini signifikan dan okupansi terendah sejak 2012. Harga sewa saat ini pun lebih kompetitif, terjadi perang harga,", kata vice President of Strategic Advisory Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bhatara dalam paparan triwulan I-2016, Rabu (18/5), di Jakarta.
Coldwell Banker Commercial melakukan survey dan wawancara terhadap 100 perusahaan 2015 dan awal 2016 mengenai alasan penyewa memindahkan kantor dari kawasan bisnis terpadu. Kepindahan itu akibat beberapa faktor, yakni :
1. Menekan biaya operasional.
2. Kontrak yang habis.
3. Kebutuhan ruang kantor yang lebih besar untuk ekspansi.
Dari perusahaan yang berpindah kantor, sekitar 37,5 persen tetap memilih kantor di kawasan bisnis terpadu. Adapun 20 persen lainnya merupakan perusahaan yang baru masuk kawasan bisnis terpadu. Sisanya adalah perusahaan yang pindah kantor dari kelas A ke kelas B, yang harga sewanya lebih murah dari kelas A, atau merelokasi kantor keluar dari kawasan bisnis terpadu ke wilayah selatan Jakarta.
Kawasan bisnis terpadu masih menarik bagi penyewa dibandingkan dengan kawasan lain, seperti di Jakarta Selatan. Pada triwulan I-2016, harga sewa kantor yang paling diminati di bawah Rp. 200.000 per meter persegi perbulan. Umumnya, penyewa mencari kantor dengan luas kurang 250 meter persegi. "Yang kami soroti, sektor e-dagang dalam dua tahun terakhir naik cukup signifikan dengan permintaan luas perkantoran yang cukup besar, mencapai 2.000 meter persegi. Bahkan ada yang 5.000 meter persegi. Sektor yang juga aktif adalah ritel dan perdagangan," ujarnya.
Dalam dua tahun terakhir, lanjut Dani, kebutuhan ruang kantor untuk perusahaan e-dagang naik 2-3 kali lipat. Kendati berpotensi terus tumbuh, perusahaan e-dagang memerlukan kebutuhan kantor yang spesifik, yakni beroperasi 24 jam penuh dengan dukungan jaringan internet yang andal. "Ini yang harus dipenuhi, sementara tidak semua gedung perkantoran bisa," kata Dani.
Selama ini, lanjut Dani, lokasi kantor perusahaan e-dagang banyak berada di kawasan Barat Jakarta. Akan tetapi, saat ini sudah ada perusahaan e-dagang yang berkantor di kawasan Kuningan dan Sudirman. "Memang pergerakan perusaaahn e-dagang ke kantor kelas A belum banyak terjadi. Namun tidak menutup kemungkinan akan kesana," kata Dani.
Director of Strategic Advisory Coldwell Banker Commercial Tommy H Bastamy mengatakan, kepindahan kantor perusahaan dipengaruhi sejumlah hal, seperti kedekatan dengan pusat bisnis, atau perdagangan. Dia mencontohkan, okupansi kantor di kawasan bisnis terpadu Jakarta selalu penuh dekat dengan Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Dengan permintaan yang melemah, hampir tidak ada pergerakan sewa yang signifikan. Bahkan, harga sewa kantor di Jakarta turun 2,3 persen selama triwulan I-2016," Kata Tommy. Harga sewa dasar rata-rata di Jakarta mencapai Rp. 380.385 per meter persegi per bulan, disusul Tangerang (Banten) dengan Rp. 266.585 meter persegi per bulan. Harga sewa di kota lain berkisar 40-50 persen lebih rendah dari pada Jakarta.
Sumber : Harian Kompas, Kamis 19 Mei 2016
No comments:
Post a Comment