Monday, August 6, 2018

LESUNYA DAYA BELI PROPERTI KUARTAL – II TAHUN 2018

Sumber : bagelenchanel.com

       Penurunan daya beli masyarakat yang kerap disebut-sebut selama ini memang benar terjadi. Penurunan daya beli tersebut khususnya terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan, data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, “Selama lebih dari satu tahun terakhir terjadi penurunan pendapatan riil, khususnya masyarakat berpendapatan rendah, terutama di perkotaan”. 

       Faisal menyatakan, hal ini sekaligus mematahkan argumen pemerintah jika inflasi tahun ini terkendali. Menurut dia, memang benar jika inflasi bahan pangan (volatile food) tahun ini sangat rendah. Namun, kenaikan tarif listrik, elpiji dan lain-lain justru membuat inflasi meningkat dua kali lipat. Muhammad Faisal mengatakan proporsi pendapatan yang dibelanjakan pada kuartal I-2018 menurun menjadi 64,1 persen. Lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, di mana proporsi pendapatan yang dibelanjakan berada di angka 65,2 persen. "Konsumsi swasta pada triwulan pertama 2018 belum menunjukan indikasi pemulihan," ujarnya dalam paparan di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa (24/4).

       Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tengah mengalami penurunan daya beli masyarakat, meskipun Bank Indonesia (BI) mengklaim inflasi nasional berada dalam tingkat yang stabil rendah. Penurunan daya beli masyarakat ini terlihat dari anjloknya pertumbuhan sektor bisnis seperti properti, ritel serta industri makanan dan minuman. "Yang terjadi sekarang itu sebenarnya penurunan daya beli, makanya di properti tidak tumbuh, di sektor ritel pertumbuhannya minus, dan juga industri-industri basic seperti pangan juga mengalami perlambatan," ujar dia di Kantor Indef, Jakarta.

       Investasi pada properti menjadi salah satu pilihan masyarakat dengan harapan harga akan terus meningkat di tiap tahun. Namun tahun ini harga properti, khususnya apartemen, tahun ini sepertinya sedang stagnan, artinya jika anda membeli properti tahun lalu, dan menjualnya saat ini, ada potensi anda akan mengalami kerugian. Ketersediaan (supply) yang tinggi dan tidak diiringi oleh permintaan (demand) yang sebanding mengakibatkan harga properti dalam bentuk apartemen dan gedung yang disewa khususnya di Kota Jakarta terus menurun.

       "Secara umum, sektor properti masih belum menunjukkan recovery (pemulihan), masih lesu. Kami prediksikan hingga akhir tahun 2018". Demikian Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto menjawab pertanyaan Kompas.com, Rabu (4/7/2018), di Jakarta. Menurut Ferry perlambatan terjadi di semua sub sektor, terutama perkantoran. Selain itu juga performa pusat belanja (ritel), kawasan industri, apartemen strata dan sewa, hotel, serta rumah untuk ekspatriat yang menunjukkan stagnasi. "Khusus untuk peningkatan permintaan ruang tidak sejalan dengan peningkatan tarif sewa," kata Ferry.

Sumber : jawapos.com

        Selain itu, menurut data dari Savills World Research Indonesia, ruang perkantoran Central Business District (CBD) Jakarta periode 2018-2021 akan bertambah ketersediannya menjadi 1,7 juta meter persegi, dengan 600 ribu meter persegi ruang kantor yang dijadwalkan selesai. Secara rata-rata, harga sewa gedung perkantoran di CBD juga mengalami penurunan sebesar 4,1% pada akhir 2017 menjadi Rp 206 ribu per meter persegi perbulannya. Dengan pasokan ruang kantor yang baru dan tidak diiringi dengan pertumbuhan permintaan, kekosongan ruang perkantoran di wilayah CBD meningkat menjadi 21,3% dari sebelumnya 17% untuk bangunan premium grade. Lalu kekosongan untuk bangunan Grade A meningkat menjadi 30,5% pada 2017 dibandingkan pada 2016 sebesar 24,6%. Serta kekosongan bangunan untuk kelas B dan C meningkat masing-masing 13,5% serta 13,6% pada 2017.

Sumber :

https://properti.kompas.com/read/2018/07/04/223000021/sektor-properti-masih-lesu

No comments:

Post a Comment